Facebook Fans

Rabu, 09 Maret 2011

Misteri Segitiga Bermuda

Salah satu misteri laut yang cukup fenomenal adalah Segitiga Bermuda. Setelah sekian lama menjadi misteri, berbagai peristiwa di wilayah laut antara Bermuda, Puerto Riko, dan Miami di Amerika Serikat ini akhirnya dapat diungkap secara ilmiah.
 
Sebenarnya wilayah Segitiga Bermuda ini tak benar bila dikatakan segitiga, sebab batas-batas dari petunjuk kapal-kapal atau pesawat terbang yang hilang sudah melebihi dari bentuk bsegitiga itu.
Segitiga itupun hanya merupakan imajinasi saja. Bila kita ambil peta, kita buka di bagian Amerika Tengah, di sana terdapat banyak kepulauan Hindia Barat. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dari Segitiga Bermuda itu, kita tarik garis dari kota Miami ke kota San Juan di Puerto Rico; dari San Juan ke pulau Bermuda; dan kembali ke Miami di daerah Florida, Amerika.

Biasanya penjelasan terhadap fenomena di wilayah laut lebih sering berbau mistis dan horornya. Sehingga kerap disebut sebagai Segitiga Setan dan Twilight Zone. Pasalnya catatan sejarah banyak kapal dan pesawat yang hilang misterius di lokasi itu.
 
Berbagai dugaan aneh muncul, mereka yang futuristic menyebutkan ada faktor alien dibalik fenomena ini. Beberapa menjelaskan ada portal ke dimensi lain di lokasi ini. Lebih jauh ada yang melihat lokasi tersebut adalah lokasi Atlantis yang hilang, hingga rumah iblis Dajal.  
Ada tempat di Segitiga Bermuda yang disebut Tongue of the Ocean atau “Lidah Lautan”. Lidah Lautan mempunyai jurang bawah laut (canyon) Bahama. Ada beberapa peristiwa kecelakaan di sana. Tidak banyak yang belum diketahui tentang Segitiga Bermuda, sehingga orang menghubungkan misteri Segitiga Bermuda ini dengan misteri lainnya. Misalnya saja misteri Naga Laut yang pernah muncul di Tanjung Ann, Massachussets AS, pada bulan Agustus 1917. Mungkinkah naga laut ini banyak meminta korban itu? Ataukah arus Cromwell di Lautan Pasifik yang menyebabkan adanya gelombang lautan disitu atau angin topan, gempa bumi di dasar lautan? Tak ada orang yang tahu.


Konon di sekitar kepulauan Bahama terdapat blue hole, yaitu semacam gua lautan. Dulu gua ini memang sungguh ada, tetapi setelah jaman es berlalu, gua ini terendam. Arus didalamnya sangat kuat dan sering membuat pusaran yang berdaya hisap. banyak kapal-kapal kecil atau manusia yang terhisap ke dalam blue hole itu tanpa daya, dan anehnya kapal-kapal kecil yang terhisap itu akan muncul kembali ke permukaan laut selang beberapa lama.

Dari catatan sejarah, sebuah badai muncul tiba-tiba pada 18 Maret 1781 di lokasi ini dan menyebabkan kapal angkatan laut hilang di Bahama, Saratoga. Kapal beserta krunya hilang tak berbekas. Penjelasan para ahli oseanografi melihat daerah ini rentan terhadap kemunculan badai tak terduga.
 

Menurut penjelasan dalam situs www.history.navy.mil, sebuah kapal angkatan laut Amerika USS Cyclops juga tenggelam di sekitar lokasi pada Maret 1918. Tidak hanya kapal, pesawat pun mendadak dikabarkan kehabisan bahan bakar dan menghantam samudera tanpa meninggalkan jejak.
 
Dalam situs tersebut dijelaskan kondisi laut di Segitiga Bermuda memiliki kedalaman hingga 30.000 meter atau lebih dari 9.000 meter. Sebuah kondisi topografi yang memungkinkan kapal yang terseret arus ke wilayah itu tak pernah ditemukan.
 
Namun faktor yang dianggap signifikan yang menyebabkan hilangnya kapal di Segitiga Bermuda adalah arus laut yang kuat atau Gulf Stream. Suatu gelombang yang cepat dan turbulen seperti menelan kapal yang karam atau peswat bersama penumpangnya hilang tanpa jejak. Penelitian satelit mencatat adanya gelombang dahsyat setinggi 80 kaki atau bahkan lebih,   
Faktor cuaca juga ikut berperan mengapa kapal dan pesawat hilang di lokasi. Pola cuaca di Bermuda yakni Samudera Atlantik dekat Karibia sangat ekstrim. Badai lokal mendadak muncul dengan cipratan air kencang bisa menjadi bencana bagi pelaut maupun pilot. Kombinasi arus kuat di bawah laut, badai yang muncul mendadak, serta benting atau gundukan pasir tengah laut, pulau di bawah laut, hingga palung yang luar biasa dalam membuat lokasi kapal atau pesawat yang karam terjebak di dasar laut untuk selamanya.  
Dari berbagai kesimpulan, jarum kompas dan peralatan pesawat yang akan hilang selalu mendapat gangguan dan mereka seperti tak melihat air dan dari gejalan ini disimpulkan, di dasar laut sana tentu terdapat sebuah medan magnetik yang kuat sekali, yang sanggup mengganggu kompas atau menarik kapal itu sampai ke dasar laut yang dalam. 
Sebelum ditemukannya telegraf, radio dan radar, pelaut tidak dapat mengetahui adanya badai atau angin topan di dekatnya. Pelaut zaman dulu mendeteksi bencana setelah ada perubahan di cakrawala dan sulit untuk menghindar.
Fenomena laut Segitiga Bermuda ini ramai diperbincangkan pada 5 Desember 1945 setelah lima pesawat yang dipiloti para penerbang terlatih tiba-tiba hilang di segitiga itu. Padahal cuaca sedang cerah. Diketahui mereka sempat melakukan kontak lewat radio. Pesawat yang ditugasi mencari mereka juga raib misterius. Dilaporkan enam pesawat dan 27 orang hilang dalam peristiwa itu.
 
Penelusuran di Pattayadailynews, 6 Mei 2010, seorang ahli geokimia, Richard McIver pada 1981 memperkenalkan teori peran gas metan hidrat dalam misteri Segitiga Bermuda. Menurutnya longsor di dasar Segitiga Bermuda merobek dasar laut dan membuka selubung lapisan gas. Gas itu lalu pecah dan mengeluarkan metana yang menyebabkan gelombang besar. Gas itu meledak di permukaan air tanpa peringatan dan menyulitkan setiap kapal atau pesawat yang lewat di lokasi itu.
 
Ditulis di Salem-News.com bahwa Segitiga Bermuda adalah fenomena gas seperti gas yang dihasilkan oleh air mendidih. Gas metana membuat balon-balon raksasa gas muncul dari dasar lautan dan menyebabkan kecelakaan misterius di lokasi itu.
Sedangkan misteri tidak berfungsinya kompas di lokasi itu dikarenakan adanya factor anomaly atau penyimpangan sistem navigasi. Penyimpangan ini lazim terjadi di dunia pelayaran bahkan Columbus sekalipun.
 
Dalam sejumlah catatan disebutkan bahwa Segitiga Bermuda adalah salah satu dari dua lokasi di dunia yang memiliki anomali. Wilayah lain adalah laut Jepang dan Filipina, yang juga dikenal dengan nama yang mirip, ‘Segitiga Formosa’.
 
Fenomena ini konon juga ada di wilayah Indonesia. Seperti kecelakaan lalulintas laut yang menimpa kapal laut Senopati Nusantara dan kecelakaan Pesawat Adam Air pada 2007. Keduanya diduga terjadi pada waktu yang berdekatan di kawasan yang sama. Yakni diantara laut Utara Jawa (barat timur), Pulau Masalembo (pulau kecil yang berada di ujung Paparan Sunda) dan selat Makassar yang memotong berarah utara-selatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites